top of page

Gunung Dempo (3159 mdpl) terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan provinsi Bengkulu. Untuk mencapai desa terdekat, terlebih dahulu anda harus mencapai kota Pagar Alam, kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari Palembang. Dari ibukota Sumatera Selatan ini tersedia banyak bus ke arah Pagar Alam. Atau apabila anda dari Jakarta, sebelumnya dapat menumpang bus jurusan Bengkulu atau Padang, dan turun di Lahat.

Kota Pagar Alam, memang sesuai dengan namanya, kota ini jelas dikelilingi oleh pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung ini sangat indah menjulang tegak menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari.

Oleh karena itu sangat tepat bila bermalam dulu di kota ini, disini banyak tersedia losmen atau motel, berkisar Rp. 20.000 semalam. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun asli menciptakan kedamaian yang anda tidak peroleh di kota-kota besar.

Dari terminal Pagar Alam, terlebih dulu mencarter mobil/taksi untuk jurusan Pabrik Teh PTPN III yang jaraknya mencapai 15 km dari terminal. Di pabrik ini ada baiknya anda berkenalan dengan seseorang yang biasa dipanggil pak Anton, beliau termasuk yang dituakan oleh para pencinta alam seantero Sumsel-Lampung. Dengan meminta bantuannya, mobil carteran akan membawa anda ke desa terdekat dari kaki gunung Dempo, yang dapat memakan waktu lebih dari 20 menit, karena jalannya cukup terjal, berkelok dengan melewati hamparan kebun teh nan hijau.

Jalur menuju ke puncak gunung inipun sudah sangat jelas dan bahkan di hari-hari biasa pun banyak orang desa yang sengaja naik ke puncak baik itu untuk mencari kayu ataupun sekedar berhiking.

Meski gunung ini cukup tinggi, tetapi air jernih yang ada terdapat sampai setengah perjalanan ke gunung ini sehingga para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air minum selama perjalanan. Sebuah sungai kecil yang jernih, mengalir di perbatasan hutan pertanda kita mulai memasuki daerah hutan yang ditumbuhi dengan tumbuhan yang mirip seperti yang kita dapati di gunung Gede-Pangrango, yaitu hutan montana. Jalan setapak penuh dengan akar-akar yang melintang, kemiringan lereng sendiri cukup curam untuk memeras keringat. Tidak ada tanda-tanda khusus, keadaan hutan ini hampir homogen dan sangat hening.

Empat atau lima jam kemudian, kita akan memasuki daerah dengan vegetasi tumbuhan berpohon rendah dan semakin rendah, beberapa daerah agak terbuka, pandangan pun menjadi luas. Gunung Dempo memiliki dua puncak yang satunya bernama Puncak Api. Menjelang puncak pertama Dempo yang merupakan dataran masif, Puncak pertama ditumbuhi tanaman yang rendah mirip perdu. Dari puncak pertama ini kita turun kembali ke lembah yang diapit oleh puncak pertama dan puncak utama. Dilembah ini terdapat sebuah sumber mata air mengalir di sini. Hanya airnya yang jernih ini sedikit kecut rasanya, mungkin pengaruh rembesan belerang.

Pendakian kepuncak utama tidak terlalu sulit. Lerengnya terdiri dari kerikil dan batu-batu dengan kemitingan lereng sekitar 40°, cukup stabil untuk didaki. Puncak utama gunung Dempo (3158 m), Merupakan kawah gunung berapi yang masih bergejolak dengan diameter sekitar seratus meter persegi. Dinding kawah cukup terjal dan tidak mungkin bisa dituruni tanpa batuan tali temali. Pemandangan dari puncak cukup mengasyikan. Selain kawah yang memberikan kesan khusus, tampak juga terhamparan provinsi Bengkulu dengan Lautan Hindia dengan hamparan lembah yang sunyi dan hening. Perjalanan turun hanya memakan waktu dua jam. Bila kemalaman anda bisa menginap di Dusun IV, dengan terlebih dahulu minta izin kepala keamanan di sana.

Gunung Dempo

Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut (dpl), merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia. Gunung ini memiliki kawah berbentuk kerucut dengan dinding bagian berukuran 600 x 580 x 120 meter dan 100 meter untuk dinding bagian bawah. Kawah diisi dengan air berwarna hijau kekuning-kuningan
Gunung Kerinci daerah, terdapat beberapa jenis hutan yang tumbuh di sepanjang lereng. Adapu jenis hutan adalah Hutan Dipterokarp Bukit, Dipterokarp Atas, Hutan Montane dan Hutan Ericaceous atau Hutan Gunung. Hutan Dipterokarp Hill ketinggian 300-750 meter di atas permukaan laut dengan spesies utama, seperti Pokok Seraya, Pokok Keruing, Pokok Meranti dan Pokok Damar Minyak.
Kawasan Hutan Dipterokarp Atas ketinggian 750-1,200 meter di atas permukaan laut yang sebagian besar spesies bentuk sederhana, seperti Mempening Dasar, Dasar, "Masuklah, Resin Dasar Minyak, dan Kepala Sekolah podo. Pada lereng yang sedikit lebih tinggi terdapat Hutan Montane terletak pada ketinggian dari 1,200-1,500 meter dari permukaan laut atau terdapat di Bukit Fraser dan Tanah Tinggi Cameron.
Di hutan jenis ini tumbuh banyak daun konifer mata pelajaran seperti Ban Utama Pain, dan Gelam Gunung Sprus. Dalam hutan ini juga terdapat bunga Rafflesia, Periuk Kera dan Pokok Rhododendron. Dengan suhu rendah dan angin yang menciptakan tumbuh lebih cepat-pohon di hutan dengan ketinggian rata-rata antara 1,5 meter sampai 18 meter.
Terakhir adalah Hutan Ericaceous atau Hutan Gunung yang terletak di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Hutan ini memiliki spesies utama, seperti cokelat Utama, Monyet Utama pot, berbagai jenis semak-semak, buluh, resam, paku-pakis dan lumut.
Setelah melewati hutan dan mencapai puncak gunung yang terletak pada ketinggian 3.805 m di atas permukaan laut, para turis dapat melihat pemandangan yang menakjubkan kasih sayang untuk dilewatkan. Para wisatawan bisa melihat ke segala arah di kompas untuk melihat panorama Gunung Kerinci dengan luas hutan, perkebunan teh menghijau yang bergabung menjadi satu kesatuan dalam simfoni keindahan alam Gunung Kerinci.

Obyek Wisata Alam dan Fenomena Alam

    Gunung Kerinci (3.805 m dpl) : gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam.
    Danau Gunung Tujuh (1.996 m dpl) : merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di Asia, dapat dicapai melalui jalan setapak dari Pelompek selama 3 jam.
    Bukit Tapan, padang satwa Inum Raya : merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Dari Sungai Penuh ke lokasi selama 6-10 jam dengan kendaraan bus dan jalan setapak.
    Gunung Seblat (2.383 m dpl) : memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi, dapat dicapai dari Muara Aman ke lokasi dengan jalan kaki selama 12 jam.
    Bukit Gedang Seblat dan Bukit Kayu Embun : merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.
    Rawas Ulu Lakitan : memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat deras yang baik untuk rafting. Dapat ditempuh dari napal Licin antara 1-3 jam.
    Gunung Masurai terletak di Desa Sungai Lalang Kecamatan Muara Siau Kabupaten Surolangun Bangko (6,5 jam dari Kota Bangko). Disini terdapat hutan hujan tropis.
    Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit.
    Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
    Letter W. Melihat bunga Rafflesia dan bunga bangkai, serta kelinci sumatera.
    Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan Pengamatan Satwa.

Obyek wisata budaya dan wisata lainnya diantaranya :

    Wisata budaya : Melihat budaya suku Kubu yang masih tradisionil. Adat istiadat tanah Kerinci, tanah Minangkabau, tanah Bengkulu/Rejang Lebong, serta aspek seni budaya seperti pesta adat Kerinci (Kenduri Seko), tari-tarian klasik, pakaian adat, serta pusaka-pusaka adat. Acara pesta adat dilakukan setiap tahun sekali.
    Obyek wisata lain di sekitar kawasan diantaranya : Taman Pagar Dewa di Bukit Rantau Bitung (Napal Licin) dianggap sebagai tempat keramat masyarakat, Danau Kerinci, Danau Depati empat, Rawa Bento, Air Panas Semurup, Air Panas Ketenong, pengambilan emas secara tradisional di Ketenong, Goa Napal Licin di Kecamatan Rawas Ulu (Sumatera Selatan), Muara Sako (Sumatera Barat) Pusat latihan gajah (PLG) di Ipuh, Pusat Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung, Kerajinan Batu Akik di Bengkulu dan Bangko, Pusat Kerajinan Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah pesisir. Terdapat kepercayaan masyarakat bahwa di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan ciri-ciri pemalu, berjalan tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering disebut sebagai "orang pendek" dan "sigung" sebagai penguasa hutan.

Kegiatan yang Dapat Ditawarkan

    Penelitian dan pendidikan.
    Pendakian dan berkemah.
    Air terjun.
    Pemotretan dan pembuatan film.
    Rekreasi dan wisata alam.
    Budaya masyarakat sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat.

Fasilitas yang Tersedia

Kantor, Wisma Tamu, Pusat Informasi, Shelter, MCK, Jalan Trail, Menara Pengintai/Pengamat, Pondok Jaga, dll.

Informasi Lainnya

    Danau Gunung Tujuh merupakan danau air tawar tertinggi di Asia (1.996 m dpl) yang dikelilingi oleh 7 buah gunung.
    Musim kunjungan terbaik pada bulan Januari s/d Oktober.

Cara Mencapai Lokasi

Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh melalui beberapa cara :
Padang - Tapan - Sungai Penuh (kendaraan darat), 278 km selama 7 jam.
Padang - Muaralabuh - Kersik Tuo, (kendaraan darat),  211 km selama 5-6 jam
Jambi - Sungai Penuh (kendaraan darat), 500 km selama 10 jam.
Bengkulu - Muara Aman (kendaraan darat), selama 4 jam.
Bengkulu - Argamakmur (kendaraan darat), selama 2 jam.
Bengkulu - Lubuk Linggau (kendaraan darat), selama 3 jam.
Palembang - Lubuk Linggau (kendaraan darat), selama 6 jam.
Lubuk Linggau - Muara Rupit - Surulangun - Napal Licin (kendaraan darat), selama 4 jam.
Muara Rupit - napal Licin (kendaraan air), selama 2 jam.

    

Gunung Kerinci

Gunung Talang (nama lainnya Salasi atau Sulasi) merupakan gunung berapi yang terletak terletak di kabupaten Solok, provinsi Sumatera Barat, Indonesia.

Gunung Talang berlokasi sekitar 9 km dari kota Arosuka ibukota kabupaten Solok, dan sekitar 40 km sebelah timur kota Padang.

Gunung ini bertipe stratovolcano dengan ketinggian 2.597 m, merupakan salah satu dari gunung api aktif di Sumatera Barat, dan salah satu kawahnya menjadi sebuah danau yang disebut dengan Danau Talang. Gunung Talang sudah pernah meletus sejak tahun 1833 sampai dengan tahun 2007[2].

Ada empat kecamatan yang warganya bermukim di sekitar kaki gunung ini, yakni kecamatan Lembah Gumanti, Danau Kembar, Gunung Talang, dan Lembang Jaya. Jumlah penduduk di empat kecamatan itu mencapai 160.000 jiwa, atau sepertiga dari jumlah penduduk kabupaten Solok.

Pada 11 April 2005, Gunung Talang kembali meletus. Gempa yang diikuti bunyi gemuruh dan letusan yang mengeluarkan debu vulkanik sudah berlangsung sedikitnya 42 kali. Di Aia Batumbuak, lokasi terdekat dengan sumber letusan, hujan debu mencapai radius 5 km, sedangkan ketebalan debu di jalan mencapai 10 cm. Di sisi selatan Gunung Talang terbentuk kawah baru yang mengeluarkan asap belerang dan hujan berdebu vulkanik. Sebanyak 27.000 penduduk harus dievakuasi dari wilayah itu.

Gunung talang

Beberapa tahun yang lalu, Tim Ekspedisi Gunungapi Peut Sagoe dari Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Prov. Aceh bersama instansi terkait lainnya melakukan ekspedisi dalam rangka pemasangan alat seismometer dan pengecekan kondisi terbaru Gunungapi Peut Sagoe yang ada di Kab. Pidie Provinsi Aceh. Salah satu anggota Tim Ekspedisi yang terlibat adalah saudara Zulfakriza, S.Si, MT yang pada saat itu beliau Staf Subdin Geologi dan Sumberdaya Mineral Distamben Aceh namun saat ini beliau sudah menjadi staf BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh) dan kandidat Doktor di GREAT ITB-Bandung. Pada kesempatan ini beliau akan berbagi tulisannya terkait Gunungapi Peut Sangoe dan Upaya Mitigasi, selamat membaca tulisan beliau dan semoga bermanfaat.


Secara geografis terletak pada 40 55,5’ LU dan 960 20’ BT termasuk dalam wilayah Kabupaten Pidie. Bentuk dan struktur vulkanik termasuk gunungapi muda (kwarter) tipe strato, merupakan salah satu gunungapi yang digolongkan masih aktif pada tipe stadia A (Van Padang, 1951). Gunung Peut Sagoe merupakan gunungapi yang diartikan mengandung “empat puncak/ gunungapi” tiga puncak terletak pada garis lurus berarah Utara – Selatan, dengan puncak di Selatan merupakan puncak yang tertinggi (2780 m). Puncak yang terletak di sebelah Timurlaut dicirikan sebagai pusat aktiva yang masih aktif. Pada daerah bagian Timur puncak keempat terbentuk kawah yang agak membulat berdiameter 100 m dengan kedalaman 50 m.

Berdasarkan data dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, K. Kusumadinata 1979 menetapkan Peuet Sagoe  di Wilayah Kabupaten Pidie, adalah Gunungapi Aktif, Tipe Stato .Sejak 1918, Peuet Sagoe enampakkan aktifitasnya dan pada Tgl 25 September 1919, tapak asap putih mengepul di bagian Puncak Barat. Pada Bulan Mei tahun 1920 telah  terjadi letusan dengan mengeluarkan asap dan semburan api. Dan pada  Tgl 22 Mei 1920, terjadi hujan abu tebal dan gumpalan asap tebal dan suara geuruh. Nampak dari sebelah utara adanya perubahan bentuk puncak. Pada bulan Desember 1924 dilaporkan oleh Numan Van Padang adanya aktivitas Vulkanik berupa lima asap hitam berbentuk tiang dan disertai suara ledakan letusan . Pada Tgl 10 Februari1979 dilaporkan oleh Pemda Kab Pidie adanya semburan api dan suara gemuruh.


Dan berdasarkan pemberitaan Surat Kabar Harian Serambi Indonesia edisi Selasa 10 April 2007, diisukan Gunungapi Peuet Sagoe meletus, sehingga terjadi pengungsian pada malam hari jam 23.00 dari  5 desa , dan menimbulkan kepanikan warga hingga pagi hari. Untuk mengantipasi hal-hal seperti itu tidak bakal terjadi, maka perlu dilakukan upaya mitigasi. Seperti pemasangan alat sesmograf di pos pengamatan dan juga kegiatan pengamatan lansung aktivitas gunung api secara berkala.

Untuk mencapai kaki gunung api Peut Sagoe harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki lebih kurang 4 malam 5 hari. Jalan kaki dimulai dari desa terakhir yaitu pemukiman transmigrasi (SP 5) yang jaraknya lebih kurang 10 km dari pusat Kecamatan Gempang.

Upaya Mitigasi Bencana Gunungapi

Penyajian dan penyebarluasan informasi gunung api diarahkan untuk dua tujuan penting yaitu ; pemanfaatan potensi gunung api dan mitigasi bencana gunung api secara optimal. Keduanya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan yang diperoleh dari hasil pengamatan, penyelidikan, penelitian  dan kajian para ahli yang kemudian direkomendasikan ke masing-masing pihak yang terkait. Rekomendasi aspek kebencanaan gunungapi antara lain berupa Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB). Peta KRB sudah semestinya diadopsi oleh setiap instansi terkait dan dituangkan dalam rencana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk daerah yang rawan akan bencana gunung api Peut Sagoe. Penyebarluasan informasi dapat dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk media massa. Hal ini diperlukan guna penataan terhadap RTRW tersebut sehingga dapat diperoleh manfaat dan berkurangnya dampak akan resiko korban jiwa dan harta benda saat terjadi letusan gunung api.
Khususnya aspek mitigasi bencana gunung api, penyajian dan penyebarluasan informasi ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam upaya tersebut. Mengingat salah satu cakupan mitigasi adalah tindakan-tindakan yang bersifat terus menerus guna mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko bencana sepanjang waktu, maka penyajian dan penyebarluasan informasi tentang gunung api harus difokuskan pada tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar bahaya letusan gunung api tidak berkembang menjadi sebuah bencana. Informasi tentang mitigasi bencana gunung api bisa dibuat atau dirancang dalam bentuk booklet atau buku kecil. Dengan buku kecil ini akan mudah untuk disebarluaskan dan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat dan juga media massa.
Buku kecil ”gunung api” yang memuat langkah-langkah mitigasi bencana letusan gunung api dalam bahasa yan populer, mencakup mitigasi sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan, dan sesudah letusan. Sebelum terjadinya  letusan langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain; 1. pemantauan dan pengamatan pada gunung api yang aktif, 2. pembuatan dan penyediaan peta Kawasan Rawan Bencana dan peta Zona Resiko Bahaya Gunung Api yang didukung dengan peta geologi gunung api Peut Sagoe, 3. melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api, 4. melakukan pembimbingan dan pemberian informasi tentang gunung api Peut Sagoe, 5. penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunung api Peut Sagoe, 6. melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana dan prasarananya. Saat terjadinya letusan, usaha yang dilakukan adalah; a. membentuk tim gerak cepat, b. meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh penambahan peralatan yang lebih memadai, c. meningkatkan pelaporan dan frekuensi pelaporan sesuai kebutuhan dan, d. Memberikan rekomendasi kepada Pemarintah Kabupaten Pidie sesuai prosedur. Adapun setelah terjadi letusan, langkah mitigasi itu antara lain adalah; i) menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan, ii) mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya, iii) memberikan saran penanggulangan bahaya, iv) memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang, v) memperbaiki fasilitas pemantau yang rusak, vi) menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun, dan vii) melanjutkan pemantauan rutin.
Untuk konsumsi media internet, penyajian informasi mitigasi bencana letusan gunung api akan berbeda penyajiannya dengan buku kecil gunung api. Atau alternatif lain dapat juga ditempuh, yaitu menyediakan dua jenis penyajian informasi yaitu satu untuk pelayanan kepada pihak peneliti dan penyelidik atau kalangan terdidik, dan yang lain ditujukan untuk para guru, pelajar dan masyarakat umum lainnya.

Keberhasilan mitigasi bencana sangat bergantung kepada ketersediaan informasi tentang aktivitas sumber bencana, dalam hal ini gunung api Peut Sagoe. Makna informasi disini adalah pengetahuan mengenai karakter, perilaku dan sejarah letusan gunung api guna keperluan prediksi waktu terjadinya letusan, jenis bahaya yang akan ditimbulkan dan jenis bahaya yang akan ditimbulkan dan daerah-daerah yang potensial terkena bahaya letusan gunung api Peut Sagoe. Dalam kaitan informasi untuk mitigasi bencana, dua hal menjadi penting, yaitu; database dan ketersediaan sumber-sumber informasi berikut kinerjanya yang optimal. Keduanya bertumpu pada konsep penyelidikan (metoda) dan pengembangan teknologi kegunungapian.

Antara informasi, metoda dan teknologi tidak dapat dipisahkan kesalingterikatannya. Informasi diperoleh dari pengolahan dan analisi akurat terhadap sejumlah data (database). Database dihasilkan antara lain dari kontribusi metoda. Penyelidikan atau pemantauan berkaitan erat dengan karakteristik objek yang diselidiki dan dipantau. Untuk itu diperlukan informasi dan konsep, strategi dan cara pelaksanaannya berdasarkan ilmu pengetahuan (metoda). Kajian aplikasi metoda memerlukan analisis yang akurat dan dapat diuji untuk memperoleh parameter tambahan (informasi) yang berguna untuk pemantauan. Sebagai muaranya, parameter tambahan yang telah teruji akan digunakan sebagai alat prediksi. Adapun pengembangan teknologi berkaitan dengan penyediaan hardware dan software untuk menunjang kegiatan pengembangan metoda. Sebaliknya, pengembangan metoda diarahkan untuk mempermudah perolehan data penyelidikan dengan bantuan teknologi. Dalam kaitannya dengan  teknologi, khususnya di Indonesia, informasi dan metoda diarahkan untuk memperoleh kemampuan penguasaan teknologi yang telah dipakai yang umumnya produk luar negeri, dan mampu membuat suku cadang serta menciptakan peralatan baru sesuai dengan kondisi terutama dalam hal kemudahan memperoleh komponen dengan biaya yan murah.

Demikian rangkaian kesalingterikatan antara informasi – metoda – pengembangan teknologi. Kesemuanya ditujukan untuk memperbaiki kinerja mitigasi bencana, dalam hal ini bencana letusan gunung api.

Penyusunan informasi tentang prekursor erupsi G. Merapi sebagai contoh, sangat memerlukan data dan informasi yang komprehensif tentang gejala letusan gunung api tersebut dari waktu ke waktu. Karena itu, sumber-sumber data pertama tentang gunung api mutlak perlu diperhatikan ketersediaan dan operasionalnya. Sumber-sumber data dan informasi pertama itu antara lain pos pengamat gunung api, program dan kegiatan pengamatan gunung api yang teratur.

Puncak Peut Sagoe

Gunung Sorik Merapi

Sorik Marapi adalah sebuah gunung yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Batang Gadis, secara administratif berada di Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Sorik Marapi merupakan gunung berapi aktif yang berketinggian 2.145 meter. Koordinat puncak gunung adalah 0°41' 11" LS and 99° 32' 13" BT.

Di puncaknya terdapat sebuah danau vulkanik. Gunung ini tercatat pernah meletus sebanyak tujuh kali. Masing-masing pada tahun 1830, 1879, 1892, 1893, 1917, 1970, 1986 dan terakhir pada tahun 1987. Pada letusan terakhir, Sorik Marapi memuntahkan debu dan lahar panas yang mengalir sampai ke Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat.

Gunung Sorik Marapi adalah salah satu gunung yang masuk dalam kategori aktif normal, oleh karena itu gunung ini terus diamati aktifitasnya. Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Sorik Marapi terletak di Desa Sibanggor Tonga Kecamatan Puncak Sorik Marapi.

Kabupaten Mandailing Natal memiliki objek wisata berupa keindahan alam dan peninggalan sejarah. Daerah ini memiliki hutan yakni Taman Nasional Batang Gadis 108.000 hektar (26 % dari luas hutan), dengan kisaran ketinggian 300 – 2.145 meter diatas pemukaan laut.

Taman ini memiliki 242 tumbuhan berpembuluh (vascular plaut) atau 1,00 % dari tanaman pembuluh di Indonesia, memiliki 218 jenis satwa burung (38 jenis langka), dan 25 jenis mamalia besar.

Objek peninggalan sejarah berupa Bagas Godang (Istana Raja), Terowongan Jepang, Meriam Portugis dan Sumur Multatuli, merupakan potensi wisata yang cukup baik.

Objek wisata yang masih alami tetapi telah banyak dikunjungi para wisatawan adalah :

1. Air Panas Sibanggor, di Kecamatan Tambangan
2. Air Panas Sampuraga, di Kecamatan Panyabungan
3. Air Panas Siabu, di Kecamatan Siabu
4. Danau Siombun, di Kecamatan Panyabungan
5. Danau Marambe, di Kecamatan Panyabungan Barat
6. Bendungan Batang Gadis, di Kecamatan Panyabungan
7. Atraksi Monyet, di Kecamatan Siabu
8. Air Panas Putusan, di Kecamatan Panyabungan Selatan
9. Air Terjun Sitaut, di Kecamatan Kotanopan
10. Panaroma Sopotinjak, di Kecamatan Batang Natal
11. Sumur Multatuli, di Kecamatan Natal
12. Pantai Natal, di Kecamatan Natal
13. Pantai Sikara-Kara, di Kecamatan Natal

Cerita Rakyat
Sampuraga
Salah satu cerita yang diwariskan secara turun temurun di Mandailing adalah cerita ataupun “Legenda Sampuraga”.

Dahulu, Sampuraga dan ibunya tinggal di tempat daerah Padang Bolak. Keadaan sangat miskin di tempat ini, sehingga menyebabkan Sampuraga berkeinginan untuk merubah kehidupannya. Dia tidak ingin pekerjaannya hanya mencari kayu bakar setiap harinya. Ia ingin menjadi pemuda yang membayangkan masa depan yang cerah. Kemudian ia berniat untuk merantau dan mohon izin pada ibunya yang sudah sangat tua. Sampuraga meninggalkan orang tuanya dengan linangan air mata. Dia berjanji akan membantu keadaan ibunya apabila telah berhasil kelak. Ibunya kelihatan begitu sedih, karena Sampuraga adalah putera satu-satunya yang dimilikinya. Ia melepas kepergian putranya dengan tetesan air mata.

Sampuraga terus melanjutkan petualangannya dengan kelelahan yang terus menerus. Setelah beberapa lama sampailah ia ke Pidelhi (Pidolo sekarang), dan berdiam disana untuk beberapa waktu. Kemudian dilanjutkannya perjalanannya ke Desa Sirambas. Pada waktu itu Sirambas dipimpin oleh seorang raja yang bernama Silanjang (Kerajaan Silancang). Ditempat ini Sampuraga bekerja keras yang merupakan kebiasannya sejak masa kanak-kanak. Rajapun tertarik dan ingin menjodohkannya pada putrinya. Tentu saja Sampuraga sangat senang setelah mengetahui hal ini. Raja bermaksud membuat pesta besar, semua raja-raja di sekitar Mandailing diundang. Sementara ibunya sangat rindu pada putranya. Sampuraga telah tumbuh menjadi dewasa dengan begitu banyak perubahan. Dia tidak lagi seorang yang miskin seperti dahulu. Dia adalah lelaki yang kaya raya dan menjadi seorang raja.

Ketika upacara perkawinan tiba, ibunya dating ke pesta itu berharap dapat berjumpa denganputranya secepatnya. Tetapi apa yang terjadi ??? Sampuraga tidak mengakui kalau itu adalah ibunya. Dia malu kepada istrinya karena ibunya kelihatan sangat tua renta dan miskin, dia menyuruh ibunya untuk pergi dari tempat itu.

Sampuraga berkata “Hei orang tua, kamu bukan ibu kandungku, ibuku telah lama meninggal dunia. Pergi…!!!” Sampuraga tidak peduli dengan kesedihan dan penderitaan ibunya.

Ibunya pun pergi sambil memohon dan berdo’a kepada Allah SWT, Sampuraga dikutuk oleh ibunya dan kedurhakaannya tidak lain adalah disebabkan oleh kekayannya, ibunya memeras air susunya, Sampuraga lupa bahwa ia pernah disusui oleh ibunya.

Atas kehendak Allah SWT, datanglah badai tiba-tiba disekitar tempat istana menjadi banjir dan dihempas oleh air. Sampuraga tenggelam dan tempat itu menjadi Sumur Air Panas. Itulah yang dikenal dengan Air Panas Sampuraga di Desa Sirambas.

Wisata Sejarah
Multatuli
Multatuli (Bahasa Latin untuk “Saya sungguh menderita”) adalah salah satu nama yang terkenal di Natal. Multatuli adalah nama samaran untuk Eduard Douwes Dekker yang menulis buku “Max Havelaar”.

Buku ini disebut sebagai “buku yang menghapuskan kolonialisme”. Multatuli tinggal di Natal pada tahun 1842-1844. Disini da-pat dilihat bebe-rapa peningga-lan Multatuli se-perti sebuah sumur besar yang duhulunya digunakan oleh Multatuli pada saat dia tinggal di Natal.

Pesanggrahan Kotanopan
Pesanggrahan Kotanopan, pesanggrahan terbesar dan terbagus di Sumatera pada abad XIX. Bahkan Presiden Soekarno pun pernah berkunjung ke pesanggrahan ini pada 16 Juni 1948 untuk menggelar rapat raksasa. Di depan pesanggrahan ini juga terdapat prasasti yang memuat nama para Perintis Kemerdekaan yang berasal dari Mandailing.

Rumah Kontrolir Natal pada Abad XIX
Perayaan 10 Muharram memperingati hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW. Hasan dan Husin di halaman kediaman Kontrolir Natal, Asisten Residensi Mandailing Angkola di Natal pada abad XIX.

Bagas Godang dan Sopo Godang
Bagas Godang (Rumah Raja) senantiasa dibangun berpasangan dengan sebuah balai sidang adat yang terletak di hadapan atau di samping Rumah Raja. Balai sidang adat tersebut dinamakan Sopo Sio Rancang Magodang atau Sopo Godang. Bangunannya mempergunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil sebagai-mana jumlah anak tangganya. Untuk melambangkan bahwa pemerintahan dalam Huta adalah pemerintahan yang demokratis, maka Sopo Godang dibangun tanpa di dinding.

Dengan cara ini, semua sidang adat dan pemerintahan dapat dengan langsung dan bebas disaksikan dan didengar oleh masyarakat Huta. Sopo Godang tersebut dipergunakan oleh Raja dan tokoh-tokoh Na Mora Na Toras sebagai wakil rakyat untuk "tempat mengambil keputusan-keputusan penting dan tempat menerima tamu-tamu terhormat". Sesuai dengan itu, maka bangunan adat tersebut diagungkan dengan nama Sopo Sio Rancang Magodang inganan ni partahian paradatan parosu-rosuan ni hula dohot dongan (Balai Sidang Agung tempat bermusyawarah/mufakat, melakukan sidang adat dan tempat menjalin keakraban para tokoh terhormat dan para kerabat). Biasanya di dalam bangunan ini ditempatkan Gordang Sambilan yaitu alat musik tradisional Mandailing yang dahulu dianggap sakral.

Setiap Bagas Godang yang senantiasa didampingi oleh sebuah Sopo Godang harus mempunyai sebidang halaman yang cukup luas. Oleh kerana itulah maka kedua bangunan tersebut ditempatkan pada satu lokasi yang cukup luas dan datar dalam Huta. Halaman Bagas Godang dinamakan Alaman Bolak Silangse Utang (Halaman Luas Pelunas Hutang). Sesiapa yang mencari perlindungan dari ancaman yang membahayakan dirinya boleh mendapat keselamatan dalam halaman ini. Menurut adat Mandailing, pada saat orang yang sedang dalam bahaya memasuki halaman ini, ia dilindungi Raja, dan tidak boleh diganggu-gugat.

Sesuai dengan fungsi Bagas Godang dan Sopo Godang, kedua bangunan adat tersebut melambangkan keagungan masyarakat Huta sebagai suatu masyarakat yang diakui sah kemandiriannya dalam menjalankan pemerintahan dan adat dalam masyarakat Mandailing.

Karena itu, kedua bangunan ter-sebut dimuliakan da-lam kehidupan mas-yarakat. Adat-istiadat Mandailing menjadi-kan kedua bangunan adat tersebut sebagai milik masyarakat Huta tanpa mengu-rangi kemulian Raja dan keluarganya yang berhak penuh menem-pati Bagas Godang. Oleh kerana itu, pada masa lampau Bagas Godang dan Sopo Godang maupun Alaman Bolak Silangse Utang dengan sengaja tidak berpagar atau bertembok memisahkannya dari rumah-rumah penduduk Huta.

Lubuk Larangan
Di sepanjang Sungai Batang Gadis ada sebuah bagian yang disebut Lubuk Larangan yang panjangnya kira-kira 1 km. Biasanya dua kali dalam setahun terbuka bagi umum untuk menangkap ikan namun dalam bantuk yang terorganisir. Pada waktu lain dilarang keras untuk menangkap ikan disini. Seseorang yang ingin ikut ambil bagian dalam menangkap ikan harus mendaftarkan dirinya kepada sekretariat dan harus membayar uang pendaftaran. Uang tersebut dipergunakan untuk kepentingan umum dalam komunitas masyarakat tersebut.

Gagasan dibalik lubuk larangan ini adalah untuk menghasilkan pendapatan untuk desa dan pelestarian ikan-ikan langka seperti ikan merah (sejenis jurung).

Wisata Alam
Sopotinjak
Di Kecamatan Batang Natal terdapat sebuah puncak yang bernama Sopotinjak. Pemandangannya sangat indah. Dari puncak bukit ini kita dapat memandang pemandangan alam Mandailing Natal yang dikelilingi oleh hutan tropis. Udaranya sangat segar dan sejuk. Anda dapat menikmati segelas bandrek untuk menghangatkan tubuh.

Bendungan Batang Gadis
Taman Rekreasi Bendung Batang Gadis dinyatakan sebagai salah satu jembatan besar di Indonesia. Terletak di desa Aek Godang. Bendungan ini dibangun sbelum trbentukanya Kabupaten Mandailing Natal. Pada waktu itu danau buatan ini masih termasuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Bendung Batang Gadis memberikan banyak manfaat. Bendungan ini digunakan untuk pengairan sawah di Kabupaten Mandailing Natal. Belakangan ini kawasannya sudah ditata indah. Lokasinya yang luas dan strategis menarik pengunjung karena mereka dapat menikmati keindahan alam Mandailing Natal. Banyak yang berkunjung pada saat Idul Fitri.

Gunung Sorik Merapi
Gunung berapi Sorik Marapi terletak pada ketinggian 2.142 m di atas permukaan laut. Hutan di sekeliling gunung ini masih dalam kondisi yang baik dan penuh dengan berbagai keanekaragaman hayati dan menjadi asset terbesar untuk pengembangan Taman Nasional batang Gadis. Kegiatan trekking akhir-akhir ini sudah mulai sering dilakukan untuk penelitian kekayaan alam Mandailing Natal. Ada beberapa trek menuju puncak Sorik Marapi ini. Untuk mencapai ke puncak Sorik Marapi ini dibutuhkan waktu rata-rata 3 jam.

Danau Marambe
Danau Marambe terletak di Desa Sirambas, Kecamatan Panyabungan Barat. Danau ini sangat indah, hijau dan asri dengan luas genangan ± 20 hektar.

Danau ini dikelilingi oleh bukit-bukit hijau yang membuat alamnya sejuk dan menyenangkan. Danau ini dimanfaatkan juga sebagai tempat pemancingan dan membuat pengunjung lebih tertarik berkunjung ke tempat ini terutama bagi yang mempunyai hobby memancing.

Air Panas Sibanggor
Sibanggor merupakan sebuah tempat yang menyenangkan yang terletak di kaki Gunung Sorik Marapi. Sibanggor terdiri atas tiga desa : Sibanggor Jae, Sibanggor Tonga dan Sibanggor Julu. Seluruh daerah Sibanggor penuh dengan air panas kecil. Lokasi yang paling nyaman terletak di pinggir jalan antara Sibanggor Tonga dan Jae.

Air panas disini mangandung belerang. Ba-nyak pengun-jung dari dae-rah lain da-tang khusus untuk mengobati berbagai jenis penyakit kulit. Di lokasi ini juga terdapat beberapa kamar mandi dimana pengunjung dapat menikmati kehangatan air belerang dan juga ada beberapa tempat khusus untuk merebus telur. Disamping itu, disini juga dapat menikmati pemandangan dan rumah-rumah penduduk yang masih sangat tradisional.

Danau Siombun
Danau ini sangat bersih. Air yang mengalir keluar dari danau kecil ini digunakan masyarakat lokal untuk mandi. Air danau ini juga digunakan sebagai persediaan air untuk Panyabungan. Menurut masyarakat setempat,dahulu kala ada seorang anak yang meminta air pada ibunya. Tapi ibunya tidak memberikannya air sehingga dia menjadi marah dan membuang air yang ada disana. Sebuah sumur muncul tiba-tiba dan makin membesar yang akhirnya membentuk Danau Siombun.

Air Panas Siabu
Air Panas ini terletak di desa Siabu ±100 meter dari Kantor Camat Siabu. Objek wisata ini banyak dikunjungi masyarakat pada saat hari libur. Temperaturnya tidak begitu panas bila dibandingkan dengan tempat-tempat lain di Kab. Mandailing Natal. Air panas ini juga tidak mengandung belerang.

Pantai Sikara-kara dan Pulau Unggeh
Pantai Sikara-Kara dan Pulau Unggeh terletak di Kecamatan Natal. Jaraknya ± 6 km dari Kota Natal. Seperti halnya Pantai Natal, Pantai Sikara-Kara juga belum dikelola secara optimal. Di tengah pantai ini terdapat Pulau Unggeh yang berarti unggas. Disebut Pulau Unggeh karena di pulau ini terdapat banyak jenis unggas atau burung di pulau ini. Pantai ini sangat indah dengan hamparan pasir putihnya, terlebih-lebih pada saat matahari terbenam.

Pantai Natal
Salah satu karunia terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada masyarakat Mandailing Natal adalah kawasan pantai yang cukup panjang kira-kira 170 mil. Pantai Natal termasuk sumber daya alam yang banyak sekali manfaatnya. Pantai ini terletak di Kecamatan Natal. Pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari yang tidak kalah menariknya dengan kawasan wisata bahari di daerah lain

​Demikian lah gunung gunung yg saya ketahui yg berada di PULAU Sumatra ...

kritik dan saran ...

Success! Message received.

bottom of page